SELAMAT DATANG DI ASIABIGBET | AGENT SPORTBOOK, LIVECASINO DAN POKER TERPERCAYA DI ASIA | BONUS NEW MEMBER 10% + 100% Berani WNA berbisnis Diindonesia ( Pasar Asemka ) ~ Asiabigberita

Wednesday, January 25, 2017

Berani WNA berbisnis Diindonesia ( Pasar Asemka )

JAKARTA, AsiaBigBerita - Kompas.com melakukan penelusuran ke sejumlah toko yang disinyalir milik WNA ilegal asal China.

Salah satunya terletak di Jalan Pintu Besar Selatan 1 Pasar Asemka. Toko tesebut persis di sisi jalan dengan ukuran sekitar 5x7 meter persegi. Berbagai aksesoris kaum hawa pun terpajang dengan rapi, mulai dari kalung, gelang, bros hingga anting.

Hendrick kemudian masuk pada toko tersebut, dan menanyakan harga aksesoris kalung yang dijual. "Ini kalung berapa harganya?," tanya Hendrick

Pemilik toko menjawab, "Seratus," dengan intonasi dan logat yang tak biasa berbahasa Indonesia.

Dia pun tak menjelaskan seratus itu dalam nominal perak atau ribuan.

Hendrick kemudian bertanya lebih lanjut, "Seratus berapa? Satu lusin?," tanya Hendrick lagi.Pemilik toko tak memberi jawaban, namun hanya menganggukan kepala.

Melihat percakapan itu, salah satu karyawan langsung membantu, "Iya itu Rp 100.000 per satu lusin dan beda jenis beda harga," jelas karyawan itu kepada Hendrick.
Hendrick

Komunikasi yang buntu antara pemilik toko dan pembeli kerap terjadi. Sehingga si pemilik berinisiatif mencari penerjemah. Hal itu terlihat di sisi depan toko terdapat pengumuman: "Dicari karyawati penerjemah mandarin".

Terlepas bisa atau tidaknya para pemilik toko berbahasa Indonesia, saat ini pedagang yang sudah bertahun-tahun di Pasar Asemka tengah berjuang menghadapi pedagang yang disinyalir WNA ilegal, yang menjual barang dengan harga yang jauh

lebih murah.
Bukan hal sulit menemukan barang-barang impor asal China dengan harga yang sangat murah di Pasar Asemka.

Seorang pedagang mengungkapkan para WNA yang berjualan itu juga tidak takut untuk membuka toko di dalam pasar, bahkan memasok langsung produk-produk dari China.

"Di dalam gedung (pasar) ada satu, dua (penjual) yang super besar, sampai dia kontrak dan di dalam barangnya (aksesoris) begitu banyak, itu barang impor semua dari China, dia punya pabrik di China," paparnya.

Tak ragu-ragu dia menjelaskan bagaimana proses barang-barang itu bisa tiba di Indonesia dan dijual secara masif dikawasan tersebut.

"Mereka nggak bayar (bea masuk), mereka bawa barangnya hand carry dari bandara, bayarnya cuma Rp 1.000.000 per koper," ungkapnya.

Selain membuat persaingan usaha tidak sehat, persoalan lain juga muncul sebagai imbas dari terkikisnya industri aksesoris dalam negeri.

Pedagang tersebut mengatakan membanjirnya barang asal China membuat industri aksesoris lokal di daerah Jepara, Jawa Tengah, dan Gresik, Jawa Timur menjadi terjepit.

"Jadi gara-gara itu sampai industri (aksesoris) di Jepara tutup, ada 50 yang tutup, di Gresik sudah tidak bergerak ada sekitar 20," ungkapnya.

Hal itu diutarakan bukan tanpa alasan. Karena biasanya industri aksesoris di daerah mampu memasok produknya ke Pasar Asemka, kini tak lagi terlihat, seiring dengan serbuan produk impor.

Menurutnya, memang selama ini industri aksesoris di daerah menggantungkan harapan dari pasar di Jakarta. Karena itu, saat barang impor masuk dan harga yang ditawarkan lebih murah, industri lokal tak mampu hadapi persaingan.

0 komentar:

Post a Comment